Tuesday, June 24, 2014

Kemunduran


Dulu, jaman gw kecil, kisaran SD - SMP, ini merupakan empang atau tempat pemancingan lokal gitu. Kampung Baru, daerah yang cukup asri dan mungkin menjadi idaman setiap orang Ciracas. Sekarang, bisa dilihat pada foto di atas, sudah menjadi tempat pembuangan sampah warga sekitar. Ga paham dan bingung juga kenapa semua ini bisa terjadi, terlalu banyak memori masa kecil gw lewatkan disana yang kini cuma bisa jadi kenangan. Andai dari jaman SD sudah motret, seru juga kali ya jejerin timelapse masa-masa indah itu yang jika disandingkan dengan foto sekarang pasti bisa jadi kenangan yang menyenangkan sekaligus menyedihkan.

Benar kata Komunal di album Hitam Semesta, sampai saat ini negeri ini baru bisa "mundur terus pantang maju". Contoh yang nyata adalah pada bidang pengembangan lingkungan ini, menyedihkan.

Kampung Baru, Jakarta. 2014.
Ricoh GR1s, DM Paradies 200.

Monday, June 23, 2014

Ennichisai Festival 2014 - Versi Indie Film Lab

Mumpung lagi mood buat nulis, gw sikat lagi ya Friends!

Jadi ceritanya ada temen yang lagi ada kerjaan buat ke US dan menawarkan untuk titip proses (cuci-scan) di Indie Film Lab. Walaupun cost nya mahal, sekitaran USD 18 (process) dan USD 8 (ongkir ke Indo), atau jika ditotal sekitar Rp. 315.000,- men, mahal banget tapi tetep disikat karena penasaran.

Hasilnya? Mamam nih dibawah, perih men perih! Lebay ya hahaha.









Andai ada lab lokal (Jakarta / Indonesia) yang bisa menghasilkan visual seperti ini. 100ribu/roll gw jabanin. Buat momen-momen khusus kece banget men, kece banget!

Jakarta, Indonesia. 2014.
Ricoh GR1s - Fujicolor C200 - Indie Film Lab hahaha.

Death Metal Revival

Wih, judulnya segan banget ya men haha. Jadi gini ceritanya, setahun belakangan gw termasuk golongan orang yang mulai berhenti mendengarkan musik-musik death metal. Apa dengan begitu gw patut dibilang posser? Entahlah ga perduli juga haha. Tapi sebenernya gw mulai berhenti dengerin ya karena jenuh aja sih, part-part musik dari setiap band metal lokal sama aja gitu menurut gw, ga ada sesuatu yang spesial.

Berangkat dari kejenuhan yang ada, gw mulai dengerin genre-genre metal lain seperti heavy, doom, sludge, crust, dll. Dan ternyata asik men, akhirnya mau dengerin Black Sabbath, Motorhead, Eyehategod, Graveyard, The Sword, Kylesa, dll sehingga akhirnya keterusan sampai mulai mencari tahu band lokal yang mirip-mirip gitu juga seperti Komunal, Sigmun, Haul, Ssslothhh, Alice, Seringai dll deh. Enjoy men enjoy.

Nah, tahun dan musim berganti bahkan minggu depan sudah mulai puasa. Gout dikejutkan oleh rilisan-rilisan gawat death metal tanah air lagi. Yang paling ngena banget di hati itu seperti "Kaluman - S/T" yang menyebut musik mereka sebagai "Groove Grinding Assault", lalu "Carnivored - No Truth Found" sama yang paling anyar adalah "Digging Up - Disseminated Inapparent Infection" rilisan Disembowel Records.

Nih, gw beri lihat penampakan seadanya yess.


Buat gw, ketiga rilisan fisik Full Length dari band-band itu ngehe banget. Semuanya memiliki part-part yang sangat memorable menurut gw, mudah dicerna, nyangkut terus diotak, bawaannya mau dengerin terus, plus pendengar ga selalu telinga digeber tapi mereka ngasih part-part yang bikin kita selalu mau headbang gitu. Pokoknya canggih dan harus punya ketiga rilisan ini. Highly recomended! Ya buktinya gw aja yang tadinya sudah males dengerin death metal jadi mau dengerin lagi. Boleh percaya boleh tidak, karena siapa lah saya ini mas? Hahaha!

Terimakasih saya untuk ketiga band ini dan para label yang sudah mau merilis ketiga band sakit ini. Besar harapan bisa mendatangi gigs terdekat mereka, ya paling engga sehabis lebaran. Semoga ada EO yang baca dan berani buat ketiga band ini untuk berdiri sepanggung yess, semoga!

Sunday, June 22, 2014

Thursday Noise Vol.4


Selamat sahur Friends, gimana tuh posternya Thursday Noise Vol.4 Friends? saik banget yah. Line up juga juara banget sih. Sangat senang bisa membaur dengan crowd di Eco Bar kamis malam lalu. Walau dateng telat ga kebagian nonton Costwolds sama The Young Liars atau kalo kata Pandu mah "Yang Liar" haha.

Sampai di venue sekitar pukul 9 malam pas banget Morfem lagi check sound. Kirain yang dateng bakalan sepi, ternyata penuh! Panas, membara, dan sangat bergelora.Jimmy selaku jagoan dari Morfem bener-bener paling bisa mecahin crowd malam itu. Katanya sih kalo indie rock ya harus begitu haha. Sangat terhibur sama aksi panggung Morfem, apalagi mereka ngebawain beberapa lagu baru yang menurut gw bukan Morfem banget di album-album mereka sebelumnya. Seperti lagi "pedophilia" syeeeh deh Friends itu lagu super segang, singkat, dan mencengangkan. Berasa lagi dengerin The Kuda atau DRI haha. Atau lagu "rayakan" yang suasananya kemerdekaan banget haha engga, tapi penuh harap gitu seru ga menye-menye.




Morfem beres, giliran Barefood. Pandu nyanyur malam itu Friends, seperti yang kita tahu, belakangan Pandu yang mengisi kekosongan posisi drum di Barefood. Ngehe yee doi ga ada capeknya. Pertama kali tuh gout nonton Barefood, anjrit, Noisy as fuck! Walau crowd ga sepecah saat Morfem main, tetap canggih dan mampu membuat gw terpukau, itu tandanya mereka sakit!



Nah, giliran Monkey to Millionaire nih, mereka tampil sebagai penutup. Bawain lebih dari 10 lagu, crowd basi banget sampai lebih dari setengah perjalan dan nampak raut wajah agak kecewa dari sang vokalis dengan crowd yang ada. Tapi ya lagi-lagi si Pandu beraksi, loncat dari samping panggung ke arah crowd, stage diving di lagu "30 Nanti" dan crowd akhirnya pecah, ditambah lagi si Jimmy ikut menyusup kedalam crowd, makin-makin deh, akhirnya crowd yang diharapkan semua pasang mata pada malam itu terjadi. Sangat senang bisa menyaksikan MTM lagi setelah ga pernah nonton mereka lagi dari jaman SMA haha. Benar-benar memutar memori lama yang sudah hilang Friends.




Acara beginian nih yang wajib sering diadakan selain pengajian setiap jumat malam di masjid-masjid. Kamis bersenang-senang, Jumat ngaji di masjid menghabiskan waktu luang. Jadi dunia dan akhirat seimbang Friends!

365 Eco Bar, Kemang. 2014.

Tuesday, June 3, 2014

Ennichisai Festival

Ennichisai, adalah sebuah festival Jepang-Jepangan gitu, katanya sih sudah empat kali diselenggarakan di Indonesia. Di sekitaran terminal Blok M, Jakarta, tepatnya. Sebenernya ini acara kurang menarik menurut gw, isinya cuma dagangan makanan Jepang, costplay, topeng-topengan asal Jepang, sama mainan dan action figure yang berhubungan sama Jepang gitu. Ga ada unsur budayanya sama sekali, ga ada introduction yang pas gitu, atau entah gw yang kurang paham karena sejujurnya memang tidak tertarik sama Jepang-Jepangan. Tapi cukup menarik lah buat motret, walaupun bingung harus motretin apaan haha. Kemaren ikut-ikutan temen aja, sembari tetep nyambung silaturahim.














[Jakarta - Indonesia] May 2014.
Ricoh GR1s - Fujipro 160s.