Akhirnya perjalanan ini berhasil terealisasi berkat kemuakan atas wisata-wisata gedung di Jakarta yang sudah memuncak. Ya walaupun sesungguhnya untuk mencapai puncak di hari kerja dari rumah gw, Ciracas, itu cuma setengah jam jika ditempuh dengan kendaraan roda empat.
Dahulu, gw adalah orang yang selalu menganggap aneh orang-orang yang setiap akhir pekan bepergian ke puncak. Secara kan macetnya kesana kalo weekend itu ngehek banget. Jalanan dibuka-tutup seenak jidat udah kayak pintu warung, terus kalo lo punya duit lo bisa tuh minta dikawal silop supaya bisa segera naik keatas dengan indahnya wuzz. Serta disana ya gitu-gitu doang, apa sih wisata yang ada disana, ga ada apa-apa.
Tapi, setelah beberapa minggu lalu gw beranjak kesana, gw tau apa yang dicari sama orang-orang yang setiap akhir pekan rela buat macet-macetan ke puncak. UDARA SEGAR! Yak walaupun ini tetap asumsi pribadi sih, namun gw merasakan nyaman yang sangat memuncak pada batin di puncak sore itu. Hidung yang tadinya terasa mampet langsung seketika plong, tiada beban. Anjrit ini baru udara segar, udara yang dibutuhkan sama tubuh kita agar tetap dapat bertahan hidup lebih baik. Kalo kata-kata kasar tuh seperti bersenggama dengan alam, atau kalo ala-ala hipster jaman sekarang itu flirting with nature. Ini baru di puncak, apalagi ke daerah-daerah dataran tinggi lain yang ga ada kendaraan lewat sana, pasti makin edan. Semenjak itu juga gw berjanji pada diri sendiri untuk minimal bisa memuncak lagi sebulan sekali. Sukur-sukur suatu hari nanti bisa menghirup udara segar di puncak-puncak yang lain. Puncak kenikmatan juga boleh *halaaaaah plak.
Seperti biasa, selalu ada moment yang gw abadikan pada setiap perjalanan. Enjoy!
Bogor - 2014.
Pentax Espio Mini - Fujicolor C200.
No comments:
Post a Comment